Kamis, 29 September 2016

Misteri Lukisan Kaligrafi di Galeri A.D. Pirous


Sang maestro, A.D Pirous dan karya terbarunya.

Saat memasuki galeri milik maestro pelukis kaligrafi Indonesia A.D. Pirous di Bandung, ada kekuatan magis yang membuat saya terpaku di setiap karyanya. Saya seperti sedang membaca tulisan penuh misteri di balik sebuah lukisan. 
Sore itu saya sengaja menyambangi galeri milik pria kealahiran  Meulaboh, Aceh, pada tanggal 11 Maret 1932 itu. Sebuah pameran bertajuk 'Menulis, Melukis' tengah digelar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan tahun ini.
"Saya memang selalu membuat acara khsuus setiap Ramadan. Jika sebelum-sebelumnya saya pernah membuat ceramah keliling, kali ini saya membuat pameran lukisan," ungkap Guru Besar ITB sejak 1994 ini.

Tema 'Menulis, Melukis' sangat sesuai dengan kepiawaiannya melukis kaligrafi. Boleh dibilang, Pirous merupakan pioner seni lukis kaligrafi di Indonesia, sekaligus maestronya.“Kaligrafi dalam lukisan saya bermula saat belajar desain dan seni grafis di Rochester Institute of Technology, New York, Amerika Serikat, tahun 1968-1970,” ungkapnya saat saya bertemu, sungguh sebuah keberuntungan.
Pirous bercerita sempat mengunjungi pameran koleksi seni Islam dari Timur Tengah di New York Metropolitan Museum. Karya kaligrafi Arab yang indah membuatnya  mengingat kembali artefak kaligrafi Islam yang banyak tersebar di kampung halamannya di Aceh.
Pirous pun terpacu  melahirkan karya seni rupa yang memadukan keyakinan ideologis (Islam), khasanah lokal di Aceh (kaligrafi Arab) dan semangat zaman (modern). Pulang Indonesia, Pirous berkarya grafis dan lukisan dengan tema utama kaligrafi Islam. Salah satu karya pertamaya, berupa etsa ukuran 40 x 50 cm yang menorehkan Q.S. Al-Ikhlas secara lengkap.

Karya ini-juga karya grafis selanjutnya-mengandalkan teknik etsa viscosity, yaitu cetak intaglio yang menghasilkan warna dan tekstur berlapis-lapis. Adapun lukisan kaligrafi diolah dengan tekstur tebal dan dibalur warna-warni yang kaya. Karyanya selalu menampilkan penggarapan bidang, warna,. Tekstur dan huruf Arab yang harmonis.
Sambil berkarya, Pirous melakukan penelitian lapangan kaligrafi Islam di situs, makam kuno, masjid dan rumah tradisional di Banda Aceh, Aceh Utara dan Aceh Jaya. Dia makin tersentuh menyaksikan kaligrafi pada naskah kuno (manuskrip) yang berumur lebih dari 150 tahun di Tanoh Abee.

Cahaya Malam yang Memancarkan KemuliaaanSebenarnya pada akhir tahun 1960-an ada pelukis kaligrafi Ahmad Sadali dan But Muchtar yang memperkaya lukisannya dengan memasukkan aksara Arab dari ayat-ayat suci al-Qur’an. Namun kaligrafi masih menjadi semacam catatan dan dikerjakan selingan saja.
"Saya mengangkat kaligrafi sebagai bagian utama yang konstruktif dalam lukisan, bukan sekedar catatan. Antara aksara dan latar belakang lukisan menyatu. Saya berusaha menampilkan karya yang bertubuhkan huruf Arab dengan menyandang spirit religius Islami," jelas Pirous yang juga banyak menerbitkan sejumlah buku.
Dalam pameran kali ini, setidaknya ada dua lukisan baru karyanya. Pertama, berjudul 'Tuhanmu Melihatmu' yang begitu memesona. Warna jingga yang mendominasi memberi kesan misteri agar siapapun yang memahaminya bisa bekerja seola Allah melihat kita di manapun (ihsan).


Lukisan kedua yang terbilang baru adalah 'Cahaya Malam yang memancarkan Kemuliaan'. Karena terkait lailatur qadar, lukisan ini begitu dominan warna hitam.

Banyak cerita menarik dari Sang Maestro dalam kunjungan saya kali ini. Begitu dalam dan berkesan. Salah satunya adalah cara menikmati lukisan kaligrafi bagi orang awam.

"Pertama seperti biasa yang dilihat adalah keindahan lukisannya. Barulan menyelami makna kaligrafinya," ungkap sang pelukis. Dan misteri yang menarik untuk dipecahkan adalah jalinan khat membentuk kaligrafi itulah. Jika sudah pada tahap ini akan nikmat melihat karya-karya di galeri ini. Bisa berjam-jam kita terpaku.




Sumber :Klik disini

Iftitah


basmalah sebagai pembuka
basmalah sebagai pembuka
Alhamdulillah, agaknya para penggemar kaligrafi di tanah air (Indonesia) sudah mewabah. Ini terbukti dengan sulitnya membuat domain wordpress yang sederhana. Menggunakan domain belajarkaligrafi.wordpress.com rupanya sudah ada yang memakai. kaligrafiislam.wordpress.com pun sudah ada yang menggunakan. Bahkan, untuk domain yang sederhana pun, kaligrafi.wordpress.com, juga sudah ada yang mengapling.
Tak apalah. Dengan domain yang lumayan panjang, akhirnyabelajarkaligrafiislam.wordpress.com dibuat, bersaing dengan blog-blog kaligrafi yang lain yang semoga saja –harapan saya– bisa berumur panjang dan selalu update. Meski tidak menggunakan sarana berbayar, harapan saya nantinya bisa semakin berkembang dan memberikan informasi-informasi tentang kaligrafi dan cara menulis arab itu. Syukur-syukur, jika perkembangannya pesat, nanti akan saya usahakan mempunyaihosting sendiri.
Sebenarnya, saya sudah lama memiliki angan-angan sebuah blog lengkap tentang kaligrafi. Namun karena kesibukan sehari-hari di kantor yang tiada habisnya, pembuatan pun selalu tertunda.
Keindahan kaligrafi islam memang tiada tara. Lekuk-lekuknya membuat saya terpesona.
Bagi pembaca yang mempunyai informasi tentang kaligrafi juga diperkenankan untuk sharing di sini. Harapannya, kaligrafi islam semakin digemari. Sehingga, islam –yang akhir-akhir ini tercoreng aksi-aksi kekerasan– bisa tampak indah. Sebagaimana kata hikmah, “Dengan kaligrafi keindahan islam tampak nyata.”

Sumber : Klik disini

Kaligrafi Islam


Sebagaimana posting sebelumnya, bahwa kaligrafi merupakan tulisan tangan yang indah sebagai hiasan. Definisi kaligrafi semacam itu sangatlah umum, maka kaligrafi dipersempit lingkupnya menjadi kaligrafi islam.
Mengapa bukan kaligrafi arab, toh tulisannya berhuruf Arab?
Sekilas tampaknya, kaligrafi arab juga tepat. Namun, jika diteliti lebih jauh, ternyata Arab tidak identik dengan Islam. Bahkan, akhir-akhir ini muncul penggemar kaligrafi di tanah arab dari agama lain yang menuliskan kaligrafi. Sayangnya, banyak yang tidak tahu sehingga “terkecoh” dan menjadikan sebagai hiasan. Padahal, kalimatnya berasal dari kitab suci yang berbeda. Kaligrafi islam merupakan bahasa yang tepat untuk mengidentikkan kaligrafi dengan islam.
Dalam bahasa arab, kaligrafi di sebut khat (khath). Sedangkan penulisnya dinamai khattath.
Dalam buku khat sendiri, definisi kaligrafi diperjelas. Ada yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang memuat ayat-ayat alquran maupun hadist ataupun kalimat hikmah di mana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf.
Proporsi huruf itu sendiri dirumuskan sedemikian rupa dalam sebuah buku yang ditulis oleh para kaligrafer-kaligrafer ternama dengan menggunakan metode titik. Seperti huruf alif dalam naskhi, tingginya tidak labih dari lima titik. Lain halnya dengan tsuluts, tinggi alif bisa sampai tujuh titik dan memiliki kepala yang berbeda.
Untuk detail huruf, mungkin akan dijelaskan dalam posting yang berbeda

Sumber ; Klik disini

Kaligrafi Menurut Pakar

Al-khath handasatun ruhaniyyah, dzaharat bi aalatin jasmaniyyah
Yaqut Al-Mushta’shimi
Banyak istilah yang menjabarkan tentang kaligrafi. Seperti menurut Yaqut Al-Mushta’shimi, kaligrafer kenamaan periode Turki Utsmani, menyebut bahwa kaligrafi merupakan ilmu hitung ruhaniyah (bersifat ruhani) yang tampak dengan alat jasmani.
Ubaidillah Ibn Abbas menyebut kaligrafi sebagai “lisanul yadd” alias lidahnya tangan. Mengapa disebut lidahnya tangan? Karena dengan kaligrafilah tangan dapat “berbicara”, menyampaikan sebuah ungkapan yang ditulis lewat media.
Dalam kitab Irsyad Al Qoshid, Syaikh Syamsuddin Al Akhfani menyebut: Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.
Rincinya, kaligrafi adalah ilmu yang mempelajari bermacam-macam bentuk huruf tunggal (mufrad) dan tata letaknya serta metode merangkainya menjadi susunan kata atau cara menuliskannya di atas kertas atau media lainnya.
Drs H Didin Sirajuddin A.R., tokoh kaligrafi tanah air, memberi kesimpulan: arti seutuhnya kaligrafi adalah kepandaian menulis elok dalam bahasa arab yang dikenal dengan khat –garis atau tulisan indah.

Sumber: Klik disini

Huruf


inilah kaidah huruf yang terukur
inilah kaidah huruf yang terukurAwalnya adalah coretan, kemudian mengalami pergeseran. Huruf timbul setelah evolusi simbol. Bukan lagi spesifik, tapi bisa dirangkai menjadi bermacam-macam “kalimat”. Ketika huruf-huruf di blog ini terangkai, tentu Anda kemudian bisa membaca. Tanpa huruf, mustahil “kalimat” saya bisa tersampaikan.
Namun tidak sesederhana itu akhirnya. Meskipun huruf sudah “ditemukan”, akhirnya menemukan ruang untuk mempercantik bentuk. Dari sanalah muncul bermacam-macam corak, meskipun hurufnya sama. Dalam kaligrafi juga demikian. Ada bermacam-macam corak, sebagaimana huruf-huruf mutakhir yang sudah dirumuskan oleh program komputer: font.
Ada times, arial, serif, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis mempunyai keluarga sendiri-sendiri yang memiliki kemiripan. Seperti arial dan helvetica misalnya, keduanya tampak mirip satu dengan yang lain meskipun keduanya berbeda.
Huruf “H” tanpa terangkai dengan “uruf” bukanlah apa-apa. Kecuali memang dimaksudkan untuk membuat seseorang bertanya-tanya.
Kalimat “Jangan buang sampah sembarangan” misalnya, yang tertulis di sebuah halaman sekolahan akhirnya menjadi penyampai bahwa di halaman tersebut seseorang dilarang membuang sampah seenaknya sendiri. Yang bisa membaca mudah mengerti. Yang belum, perlu “dipertanyakan lagi”.
Huruf menggantikan simbol yang memiliki bermacam-macam makna. Huruf menyampaikan bahasa.
Setelah melewati fungsi huruf, bentuk menjadi bagian lain yang memperkuat penyampaian. Jenis satu dengan yang lain mempunyai karakter berbeda. “Jangan buang sampah sembarangan” tertulis arial, mudah dibaca, bukan dengan huruf latin yang mempunyai karakter lembut.
Huruf arab jenis kufi misalnya, memiliki karakter kotak-kotak (kubisme) yang memberi kesan kokoh. Kelenturan diwani, dan goresan farisi memberi keluwesan dalam menyampaikan makna dalam tulisan. Dari keperluan fungsi penyampaian akhirnya muncul bermacam-macam bentuk dan gaya.
Sumber : Klik disini

Kaligrafi Murni


kaidah kaligrafi arab
kaidah kaligrafi arab
Istilah ini muncul tidak lepas dari perkembangan kaligrafi kontemporer, di mana huruf bukan menjadi sesuatu yang utama, tetapi juga keindahan yang merupakan unsur dari kaligrafi itu sendiri. Kaligrafi pada awalnya merupakan seni memadukan huruf dengan jenis tertentu sesuai dengan kaidah akhirnya “keluar jalur” tanpa memedulikan kaidah baku. Nah, yang tetap mengikuti kaidah baku –sesuai dengan jenis kaligrafi “yang diakui”– kemudian dinamai kaligrafi murni.
Seolah merupakan kaidah baku, kaligrafi murni tidak boleh keluar dari jalur penulisan: bagaimana bentuk huruf, torehan, maupun ketepatan dalam sapuan. Jenis-jenis kaligrafi juga telah diklasifikasi. Penggunaannya tidak boleh bercampur satu dengan yang lain.
Kaligrafer murni “terakhir” Hasyim Muhammad Al Khattahath menerapkan kaidah kaligrafi dalam sebuah buku panduan yang cukup terkenal bernama Qawaidul Khath Alarabiy. Buku ini beredar luas di Timur Tengah, akhirnya sampai di pondok pesantren di Indonesia. Tidak banyak yang memiliki, hanya orang-orang tertentu yang mempunyai akses ke luar negeri –khususnya Timur Tengah– yang mempunyai buku aslinya.
Di pondok pesantren, buku kaidah ini cukup terkenal. Seperti di Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, misalnya, karya monumental itu dicetak kembali secara internal dan di pelajari oleh para santri yang tergabung di Aklam, Assosiasi Kaligrafer Darussalam, kelompok belajar kaligrafi. Di Pondok Pesantren Attanwir –yang terletak di Talun, Bojonegoro– juga ada Asskar, Assosiasi Kaligrafer Attanwir.
Banyak sekali sanggar-sanggar kaligrafi yang mengajarkan khat murni. Namun banyak pula yang akhirnya “keluar jalur” setelah “bosan” mempelajari kaidah-kaidah yang “kaku”. Ada juga yang “frustrasi” karena tidak bisa menorehkan huruf-huruf dengan “benar”, akhirnya “semaunya sendiri.”
Anda pilih ikut mana?

Sumber: Klik disini

foto khaligrafi

Hasil gambar untuk foto kaligrafi terbaik di duniaHasil gambar untuk foto kaligrafi terbaik di duniaHasil gambar untuk foto kaligrafi terbaik di dunia

foto khaligrafi

Hasil gambar untuk foto kaligrafi duniaHasil gambar untuk foto kaligrafi duniaHasil gambar untuk foto kaligrafi duniaHasil gambar untuk foto kaligrafi dunia

hasil khaligrafi mtq

 Kaligrafi Kontemporer Karya H Purwanto Zain
Salah satu cabang Lomba Khat/ Kaligrafi yang masih menjadi perdebatan untuk dilombakan di MTQ Nasional adalah cabang Kaligrafi Kontemporer. Sebenarnya kaligrafi kontemporer ini sudah lama disuarakan supaya juga turut dipertandingkan dalam MTQ. Namun sampai pada MTQ Nasional di Ambon tahun 2012 juga belum diperlombakan. Menurut rencana kaligrafi Kontemporer ini akan di exebisikan pada MTQ Nasional Batam Kepri tahun 2014 mendatang. Meskipun Kaligrafi Kontemporer di ajang MTQ Nasional bersifat exebisi aja, tapi ternyata di daerah Kaligrafi ini telah dilombakan dan bukan bersipat exebisi tapi sudah menjadi lomba resmi.dan hasil lomba Kaligrafi kontemporer ini juga turut mempengaruhi kejuaraan. Dengan penambahan ini, Musabaqah Kaligrafi Quran menjadi 4 cabang dari hanya tiga cabang sebelumnya, yaitu Hiasan Mushaf, Naskah dan Dekorasi. Begitu pula dengan jumlah medali emas yang yang diperebutkan menjadi 8 emas, masing masing 2 emas untuk tiap cabang yang diikuti peserta putra dan putri. 

Tag : Kaligrafi Kontemporer, Kaligrafi Lukis

syarat lomb mtq

PEDOMAN MTQN TK. KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014
Cabang: MUSABAQAH KHATH AL QUR’AN (MKQ)


I. MANAGEMEN MUSABAQAH
A. KETENTUAN KHUSUS
1. Pengertian
Musabaqah cabang Khath Al Qur’an adalah jenis lomba yang menekankan kepada kaidah khath, keindahan dan kebenaran kaidah Rasam Utsmani.
2. Golongan Musabaqah
Musabaqah cabang Khath Al Qur’an terdiri dari 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Golongan Khat Naskah.
b. Golongan Khat Hiasan Mushaf
c. Golongan Khat Dekorasi.
3. Peserta Musabaqah
Peserta musabaqah adalah pria atau wanita dengan batas umur maksimal 35 tahun.
4. Sistem Musabaqah
Sistem musabaqah adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan umum.
5. Materi Musabaqah
a. Materi khat untuk ketiga golongan tersebut adalah ayat-ayat Al Qur’an Mushaf Standar Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI. Adapun soal-soal musabaqah diberikan sebelum pelaksanaan musabaqah sebagaimana terlampir dalam Buku Pedoman ini.
b. Khusus untuk Golongan Hiasan Mushaf, gaya hiasan atau iluminasi dan ornamen harus menggambarkan halaman pertama mushaf Al-Qur’an seperti tercontoh pada surat al-Fatihah dan halaman awal surat al- Baqarah.
c. Untuk Golongan Dekorasi, ayat-ayat Al Qur’an dipadukan dalam media yang berornamen seperti dekorasi interior/eksterior masjid dan bangunan-bangunan yang bernuansa Islam.
6. Jenis Khath
Jenis Khath untuk Golongan Naskah, Hiasan Mushaf, dan Dekorasi adalah 7 (tujuh) gaya khat standar, yaitu: Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah, dan Kufi.

B. PERANGKAT MUSABAQAH
1. Tempat
a. Tempat disediakan di suatu arena. Tempat untuk masing-masing peserta dipisahkan satu sama lain.
b. Tempat peserta diatur searah (tidak berhadapan)
c. Tempat kerja peserta adalah meja yang bentuknya datar.
d. Tempat khusus untuk menilai hasil musabaqah.

2. Perlengkapan
a. Meja dan kursi Peserta, Panitia dan Majelis Hakim.
b. Papan tulis/white board
c. Kertas karton gambar berwarna putih berukuran manila (+85x61 cm).
d. Tripleks ukuran 80 x 120 cm/sepertiga lembar (untuk Dekorasi) yang telah diberi cat tembok warna dasar putih.
e. Nomor peserta.
f. Al Qur’an Mushaf Standar Indonesia yang dikeluarkan Kementerian Agama RI untuk Majelis Hakim.
g. Blanko penilaian.
h. Perlengkapan tulis dan lukis seperti pensil, penggaris, penghapus, pena, kapur tulis, kuas, tinta atau cat dibawa sendiri oleh peserta.
3. Petugas
Petugas yang diperlukan dalam musabaqah cabang Khath Al Qur’an adalah :
a. Petugas pembantu pengawas.
b. Petugas penghubung Majelis Hakim.

C. PELAKSANAAN MUSABAQAH
Proses pelaksanaan musabaqah terdiri dari :
1. Tahap Persiapan
Persiapan musabaqah dimulai dengan pendaftaran, pengesahan, penentuan nomor dan penjadwalan tampil peserta sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum.
2. Tahap Pelaksanaan
1) Penentuan materi
Penentuan materi dilakukan pada saat acara akan dimulai dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Materi khath berupa ayat-ayat Al Qur’an yang diberikan secara tertulis.
b) Jenis khath untuk masing-masing golongan :
(1)  Khath Naskah terdiri dari khath wajib (Naskhi) dan khath pilihan (selain Naskhi, yaitu: Tsulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah).
(2)  Khath Hiasan Mushaf adalah salah satu dari khath : Tsuluts, Diwani Jali atau Farisi khusus untuk teks ayat.
(3)  Khath Dekorasi menurut pilihan peserta dari 7 (tujuh) gaya khat yang dimusabaqahkan.
2) Pemberian perlengkapan
Perlengkapan untuk penulisan khath berupa: Karton Manila atau Triplex diberikan setelah para peserta duduk di meja masing-masing.
3) Penampilan
a) Setiap peserta menempati meja tersendiri sesuai dengan nomor yang diperoleh.
b) Karya dibuat pada saat musabaqah berlangsung di arena yang telah ditentukan.
c) Pelaksanaan istirahat dilakukan secara serentak, dan diatur oleh Panitia.
4) Tata cara penampilan masing-masing golongan :

a) Golongan Naskah
(1)  Khath Wajib (Naskhi) untuk baris pertama ditulis dengan mata pena berukuran 3 mm dan baris-baris selanjutnya dengan mata pena berukuran 1,5 mm pada kertas karton gambar berwarna putih dengan menggunakan tinta hitam.
(2)  Khath Pilihan (Tsulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah) ditulis dengan mata pena berukuran 3-7 mm dibuat pada kertas karton gambar berwarna putih dengan menggunakan tinta hitam.
(3)  Teks ayat ditentukan sebelum pelaksananaan musabaqah dengan sistem undi 1 soal untuk bersama.
(4)  Kertas yang digunakan berukuran manila (+85 x 61 cm)
(5)  Tulisan digoreskan secara langsung tanpa bantuan alat cetak atau mal/patron huruf dalam bentuk dan jenis apapun.
(6)  Alat tulis yang digunakan adalah pulpen cair atau pena tutul, dan dilarang menggunakan spidol.
(7)  Dilarang menggunakan karya jadi atau gambarnya, seperti foto, foto copy atau gambar visual untuk dijadikan acuan atau referensi karya di saat musabaqah.
(8)  Alokasi waktu 420 menit (7 jam) termasuk istirahat.

b)  Golongan Hiasan Mushaf
(1)  Karya dibuat pada kertas karton gambar berwarna putih dengan menggunakan tinta/cat air/akrilik berwarna bebas.
(2)  Teks ayat ditentukan sebelum pelaksananaan musabaqah dengan sistem undi 1 soal untuk bersama.
(3)  Baris-baris teks ayat harus ditulis mendatar (tidak oval, melingkar, kerucut atau kubis).
(4)  Hiasan atau iluminasi/ornamen harus menggunakan warna pilihan minimal 3 macam.
(5)  Kertas yang digunakan berukuran karton manila (+85 x 61 cm)
(6)  Ukuran huruf disesuaikan dengan ruangan kertas, menggunakan pulpen cair atau pena tutul dan dilarang menggunakan spidol.
(7)  Tulisan digoreskan secara langsung tanpa bantuan alat cetak atau mal/patron huruf dalam bentuk dan jenis apapun.
(8)  Alat cetak atau mal/patron dibolehkan hanya untuk disain hiasan atau ornamen.
(9)  Dilarang menggunakan ornamen dari bahan-bahan jadi seperti bunga, daun atau stiker.
(10) Dilarang menggunakan karya jadi atau gambarnya, seperti foto, foto copy atau gambar visual untuk dijadikan acuan atau referensi karya di saat musabaqah.
(11) Alokasi waktu 480 menit (8 jam) termasuk istirahat.

c)  Golongan Dekorasi
(1)  Karya dibuat pada tripleks berukuran 80 x 120 cm/sepertiga lembar yang telah diberi warna dasar putih.
(2)  Jenis Khat: pilihan atau keseluruhan dari Naskhi, Tsulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi dan Riq’ah.
(3)  Teks ayat ditentukan sebelum pelaksananaan musabaqah dengan sistem undi 1 soal untuk bersama.
(4)  Ukuran kuas/alat tulis untuk penulisan khath disesuaikan dengan ruangan tripleks dan menggunakan cat air/akrilik minimal 3 (tiga) warna pilihan yang disesuaikan dengan keserasian unit karya.
(5)  Tulisan digoreskan secara langsung tanpa bantuan alat cetak atau mal/patron huruf dalam bentuk dan jenis apapun.
(6)  Alat cetak atau mal/patron dibolehkan hanya untuk disain hiasan atau ornamen.
(7)  Dilarang menggunakan ornamen dari bahan-bahan jadi seperti bunga, daun atau stiker.
(8)  Dilarang menggunakan karya jadi atau gambarnya, seperti foto, foto copy atau gambar untuk dijadikan referensi karya.
(9)  Alokasi waktu 480 menit (8 jam) termasuk istirahat.

II. MANAJEMEN PERHAKIMAN
1. Penampilan
a.  Pelaksanaan musabaqah cabang khath Al Qur’an dalam MTQN Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan dengan satu babak: penyisihan.
b.  Seluruh peserta pada setiap golongan tampil bersama, masing-masing peserta menempati meja sesuai dengan nomornya yang terpisah dengan yang lain.
c.  Panitia hanya menyediakan kertas karton dan triplek yang sudah diberi warna dasar, sedangkan alat-alat yang lain dibawa sendiri oleh peserta.
d.  Peserta tidak dibenarkan berkomunikasi dengan peserta maupun orang lain dan keluar dari arena selama musabaqah berlangsung, kecuali dengan ijin hakim/petugas.
2. Penilaian
a.  Penilaian dilakukan di tempat khusus setelah peserta menyelesaikan karyanya.
b.  Setiap hakim menilai seluruh hasil karya mengenai semua bidang penilaian tersebut di atas.
c.  Hakim memberikan catatan-catatan yang perlu sebagai dasar atas penilaian yang diberikan dalam formulir penilaian.
d.  Hasil penilaian hakim dikumpulkan untuk dijumlahkan dalam rekapitulasi nilai oleh Panitera.
e.  Hasil karya peserta dapat digelar (dipamerkan) di arena MTQ setelah selesai penilaian.
3. Penentuan kejuaraan
a.  Majlis hakim menentukan calon juara dalam Sidang Majelis Hakim atas dasar urutan nilai tertinggi 1, 2, dan 3 serta harapan I, II dan III.
b.  Sidang Dewan Hakim mengukuhkan 6 peserta yang diusulkan Majelis Hakim sebagai peserta terbaik peringkat I, II, dan III serta harapan I, II dan III.
c.  Bila terjadi nilai sama antara peserta, maka penentuan urutannya didasarkan secara bertahap pada nilai tertinggi bidang kebenaran kaidah, kemudian bidang keindahan khath, kemudian bidang keindahan hiasan. Bila tetap sama maka dimungkinkan adanya juara kembar.




III. SOAL – SOAL MUSABAQAH
  1. GOLONGAN : PENULISAN KHAT NASKAH
JENIS KHAT  : WAJIB
1.       QS. An Nisaa` (4) : 27 -30
2.       QS. An Nisaa` (4) : 31 – 33
     JENIS KHAT  : PILIHAN
    1.     QS. Al Baqarah (2) : 172-173
    2.    QS. An Nisaa` (4)    : 95

    1. GOLONGAN : KHAT HIASAN MUSHAF1.       Al Kaafiruun (109)   : 1-6
        2.       QS. AL Lahab (111) : 1-5

    1. GOLONGAN : KHAT DEKORASI
    1.    QS. Al Mukminuun (23) : 1 - 7
    2.    QS. Az Zumar (39)        : 73 – 74